Kamis, 19 November 2015

Ibu Rumah Tangga Environmentalist

Kehidupan menjadi ibu rumah tangga mungkin dipandang membosankan oleh sebagian orang. Pekerjaannya itu-itu saja seputar pekerjaan rumah. Namun, bagaimana kalau menjadi ibu rumah tangga yang idealis dengan lingkungan hidup?

Idealisme sebagai environmentalist sudah sangat melekat di jiwa dan raga saya sejak saya masuk kuliah. bahkan saya sudah tidak pernah membuang sampah sembarangan sejak saya lulus SD, yang ketika itu wali kelas saya memberikan wejangan bagi anak didiknya yang baru lulus untuk tidak membuang sampah sembarangan. Dia menceritakan tentang seorang anak yang mengantongi bungkus permen dan tidak membuangnya sembarangan di terminal. Dari situ awal mula saya tertarik untuk ikut menjaga lingkungan.

Dengan memiliki idealisme sebagai seorang environmentalis/pecinta lingkungan, saya menjadi memiliki banyak pengalaman-pengalaman yang menarik. Hidup menjadi penuh semangat dalam meraih cita-cita, berpetualang ke berbagai tempat bersama teman-teman yang sepemikiran, beraksi nyata bersama-sama teman komunitas peduli lingkungan dan terkadang berkelana seorang diri menikmati pemandangan alam. Sungguh pengalaman hidup yang sangat seru dan menyenangkan.

Namun ketika saya mulai berkeluarga, bukan berarti semangat dari idealisme saya itu padam. Bersama buah hati saya tercinta, saya bisa menjadi ibu yang mengenalkan anaknya tentang alam ini. Dari rumah saya sendiri pun saya tetap bisa menjalankan prinsip-prinsip untuk menjaga kelestarian alam sekitar. Mulai dari rajin menanam tanaman, rajin mengelola sampah, membuat lubang resapan air, menghemat listrik, air atau deterjen yang bisa mencemari lingkungan, menghemat kantong plastik, tissue dan lain sebagainya.   

Saya percaya dan yakin idealisme sebagai seorang environmentalist akan sangat bermanfaat bagi banyak orang terlebih lagi orang-orang di masa depan termasuk anak yang baru saya lahirkan. Agar lingkungan hidup mereka di masa depan bisa tetap terpelihara. Meski belum banyak yang memiliki kesadaran lingkungan seperti itu dan seolah kegiatan kita akan sia-sia karena alam yang begitu besar tetapi jangan menyerah. Di situlah makna hidup kita akan muncul sebagai sebaik-baik manusia.

Melestarikan alam merupakan wujud bakti diri kita kepada Tuhan Yang Maha Esa. Siapa yang peduli kepada alam ciptaan-Nya pasti akan dibalas kebaikkannya di akhirat kelak. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar